Disregulasi Emosi pada Anak

Apa Itu Disregulasi Emosi?


Disregulasi emosi adalah kondisi di mana anak kesulitan dalam mengenali, mengendalikan, atau mengekspresikan emosinya secara tepat. Anak mungkin tampak mudah marah, sedih berlebihan, sulit tenang setelah kecewa, atau bereaksi ekstrem terhadap situasi kecil.


Ini bukan sekadar “drama” atau “nakal”, melainkan tanda bahwa anak belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola emosinya.



Ciri-Ciri Disregulasi Emosi pada Anak:


1. Tantrum berkepanjangan dan sering

2. Reaksi emosi yang tidak sesuai dengan pemicu

3. Sulit tenang meski sudah dialihkan atau ditenangkan

4. Menjadi agresif (memukul, menendang) saat kecewa

5. Menarik diri, menangis terus-menerus, atau melukai diri

6. Kesulitan tidur atau makan saat emosi terganggu



Mengapa Bisa Terjadi?


Beberapa penyebab yang berkontribusi:


1. Belum matangnya sistem saraf (khususnya di usia dini)

2. Kurangnya pembelajaran tentang emosi

3. Pola asuh yang tidak responsif atau tidak konsisten

4. Paparan stres berkepanjangan di rumah/sekolah

5. Gangguan neuropsikologis seperti ADHD, ASD, atau trauma



????Dampaknya Jika Tidak Ditangani:


1. Masalah dalam hubungan sosial

2. Gangguan belajar akibat sulit fokus

3. Risiko gangguan perilaku dan emosi jangka panjang

4. Rendahnya rasa percaya diri dan harga diri




???? Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua dan Pengasuh?

1. Validasi emosi anak – Dengarkan dan akui perasaannya, tanpa langsung mengoreksi.

2. Latih kosa kata emosi – Ajarkan anak menamai perasaannya: “Kamu marah ya karena mainannya rusak?”

3. Berikan waktu tenang (cooling down) – Bantu anak menemukan cara menenangkan diri.

4. Buat rutinitas yang stabil – Anak merasa aman saat hal-hal bisa diprediksi.

5. Jadilah role model regulasi emosi – Anak belajar dari cara orang dewasa mengelola stres dan konflik.




Kesimpulan

Disregulasi emosi adalah tantangan perkembangan yang umum, tetapi bukan sesuatu yang harus dianggap sepele. Dengan pendampingan yang tepat dan penuh empati, anak dapat belajar mengelola emosinya dan tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara emosional. Jika disregulasi terjadi terus-menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari, konsultasi dengan psikolog anak atau terapis perkembangan sangat dianjurkan