Gentle Parenting: Membiarkan Anak atau Membimbing dengan Lembut?

Beberapa tahun terakhir, gentle parenting menjadi topik hangat di dunia parenting. Namun, tidak jarang konsep ini dipahami secara keliru. Ada yang menganggapnya sebagai gaya asuh “lembek” karena orangtua dianggap terlalu menuruti anak. Ada juga yang membandingkannya dengan pola asuh “galak” yang keras, penuh aturan, dan tak jarang dibarengi dengan amarah. Padahal, gentle parenting sama sekali berbeda dari keduanya.


Gentle Parenting Itu Apa?

Secara sederhana, gentle parenting adalah pola asuh yang menekankan empati, rasa hormat, dan konsistensi. Orangtua tetap memberikan arahan dan batasan, tetapi cara penyampaiannya dilakukan dengan tenang, penuh pengertian, dan tanpa kekerasan. Tujuannya bukan hanya membuat anak patuh, melainkan menumbuhkan pemahaman, kemandirian, serta hubungan emosional yang sehat antara orangtua dan anak.


Gentle Parenting vs. Orangtua Galak

Perbedaan utama ada pada cara menanamkan disiplin.

Orangtua galak biasanya mengandalkan suara keras, ancaman, atau hukuman. Anak memang bisa langsung patuh, tetapi lebih karena rasa takut, bukan karena benar-benar mengerti.

Gentle parenting menekankan komunikasi yang tenang. Aturan tetap ditegakkan, tetapi disertai penjelasan yang sesuai usia anak. Bila anak melanggar, diberikan konsekuensi logis, bukan hukuman yang menakutkan. Dengan begitu, anak belajar memahami sebab-akibat dan bertanggung jawab atas tindakannya.


Mengapa Gentle Parenting Penting?

Pola asuh ini membawa banyak manfaat. Anak belajar mengelola emosinya dengan lebih baik karena melihat teladan dari orangtua. Ia merasa aman, didengar, dan dihargai, sehingga tumbuh dengan rasa percaya diri. Selain itu, hubungan antara orangtua dan anak pun menjadi lebih erat, karena komunikasi dibangun atas dasar saling hormat, bukan rasa takut.


Apakah Gentle Parenting Sama dengan Membiarkan Anak?

Tidak. Gentle parenting justru tetap menekankan adanya aturan dan batasan yang jelas. Anak membutuhkan struktur untuk merasa aman dan belajar disiplin. Bedanya, aturan itu tidak dipaksakan dengan teriakan atau ancaman, melainkan dijelaskan secara konsisten dan disertai bimbingan. Dengan cara ini, anak memahami bahwa aturan dibuat demi kebaikannya, bukan sekadar untuk mengekang.


Jadi dapat dikatakan Gentle Parenting bukanlah gaya asuh “lembek”, dan tentu berbeda dengan pola asuh galak. Ia adalah pendekatan yang menyeimbangkan ketegasan dengan kelembutan, disiplin dengan rasa hormat, aturan dengan kasih sayang. Melalui pola asuh ini, anak tidak hanya belajar patuh, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, empatik, dan mampu mengelola emosinya dengan baik.