Mengapa Anakku Berkebutuhan Khusus?
Pertanyaan sekaligus pernyataan ketidak mengertian mengapa hal ini bisa terjadi menimpa kita?
Ternyata, pertanyaan itu memerlukan jawaban yang komprehensif dan empatik. Mengingat Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki kondisi yang unik dan beragam.
Bagi kita, kita perlu mengetahui beberapa kemungkinan penyebabnya:
Faktor Genetik
1. Kromosom abnormal (misalnya, Sindrom Down).
2. Mutasi genetik.
3. Warisan genetik dari orang tua.
Faktor Prenatal
1. Infeksi selama kehamilan (misalnya, rubella).
2. Paparan zat berbahaya (misalnya, alkohol, obat-obatan).
3. Kekurangan nutrisi dan vitamin.
Faktor Perinatal
1. Kelahiran prematur.
2. Kekurangan oksigen saat kelahiran.
3. Cedera saat kelahiran.
Faktor Lingkungan
1. Paparan polusi dan zat berbahaya.
2. Kekurangan stimulasi dan interaksi sosial.
3. Trauma atau kekerasan.
Faktor Kesehatan
1. Penyakit menular (misalnya, meningitis).
2. Kondisi medis kronis (misalnya, diabetes).
3. Gangguan metabolisme.
Faktor Lain
1. Faktor sosial-ekonomi (misalnya, kemiskinan).
2. Kurangnya akses ke layanan kesehatan.
3. Faktor psikologis (misalnya, stres).
Penting untuk diingat bahwa setiap anak berkebutuhan khusus memiliki kondisi unik. Oleh karena itu, penting untuk:
1. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan.
2. Lakukan evaluasi dan diagnosis.
3. Buat rencana intervensi dan terapi.
4. Berikan dukungan dan kasih sayang.
5. Cari informasi dan sumber daya.
Jadi jelas, Anak Berkebutuhan Khusus yang kita miliki bukan karena kesalahan, dosa atau kegagalan ibu hamil atau melahirkan . Karena nyatanya, Kebutuhan khusus bukan hanya milik anak kita dengan segenap keunikannya, namun Tuhan ciptakan kebutuhan khusus kepada semua makhluk dimuka bumi ini. Untuk saling melengkapi dan menjadi penolong kelak bagi kedua orangtua dan keluarga nya yang telah mendampingi nya dengan cinta, tulus, ikhlas. Ya, mereka yang akan meminta kepada Tuhan untuk kita mendampinginya di Syurga NYA kelak di alam keabadian.
Sumber:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
2. Kementerian Kesehatan RI.
3. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
4. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Indonesia (YPACI)