Mengenali Perbedaan Speech Delay, Language Delay, dan Late Talker
Perkembangan bicara dan bahasa adalah salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang anak. Orang tua sering kali merasa cemas ketika anak belum mulai berbicara sesuai usia. Namun, penting untuk memahami bahwa ada perbedaan antara speech delay, language delay, dan late talker. Ketiganya memiliki karakteristik dan penanganan yang berbeda.
1. Apa Itu Speech Delay?
Speech delay atau keterlambatan bicara adalah kondisi ketika seorang anak mengalami kesulitan dalam mengeluarkan suara atau mengucapkan kata-kata dengan jelas.
Ciri-ciri Speech Delay:
a. Anak memahami bahasa tetapi sulit mengucapkan kata-kata.
b. Sulit mengartikulasikan suara atau kata dengan benar.
c. Menggunakan gestur atau ekspresi wajah untuk berkomunikasi.
d. Kosakata terbatas dibandingkan anak seusianya.
e. Anak tampak frustrasi saat mencoba berbicara.
Penyebab Speech Delay:
a. Gangguan pada otot bicara (seperti oral motor dysfunction).
b. Gangguan pendengaran.
c. Masalah neurologis.
d. Gangguan perkembangan seperti speech sound disorder.
Contoh Kasus:
Seorang anak berusia 3 tahun bisa memahami perintah seperti "Ambil sepatu", tapi hanya bisa mengatakan beberapa kata seperti "mama", "mau", atau "tata" yang tidak jelas. Ini bisa mengindikasikan speech delay.
2. Apa Itu Language Delay?
Language delay adalah kondisi ketika perkembangan bahasa secara keseluruhan (baik reseptif maupun ekspresif) tertunda. Berbeda dengan speech delay, masalah ini mencakup kemampuan anak untuk memahami dan menggunakan bahasa.
Ciri-ciri Language Delay:
a. Tidak memahami instruksi sederhana.
b. Tidak menggunakan kalimat sederhana pada usia 2–3 tahun.
c. Sulit menggabungkan kata menjadi frasa.
d. Minim interaksi verbal dan nonverbal.
Penyebab Language Delay:
a. Gangguan kognitif.
b. Gangguan pendengaran.
c. Gangguan spektrum autisme (ASD).
d. Lingkungan kurang stimulasi bahasa.
Contoh Kasus:
Anak usia 3 tahun tidak merespons ketika dipanggil namanya, tidak mengerti instruksi seperti “Taruh di atas meja,” dan belum mulai bicara dua kata. Ini mengarah ke language delay.
3. Siapa Itu Late Talker?
Late talker adalah anak yang mengalami keterlambatan bicara tanpa gangguan perkembangan lainnya. Mereka biasanya menunjukkan perkembangan normal dalam aspek motorik, sosial, dan kognitif, namun terlambat mulai berbicara.
Ciri-ciri Late Talker:
a. Anak usia 18–30 bulan yang memiliki kosakata terbatas.
b. Memahami bahasa dengan baik.
c. Menunjukkan komunikasi non-verbal yang aktif (misalnya menggunakan gesture ketika meminta sesuatu)
d. Perkembangan lain sesuai usia seperti kemampuan motorik.
e. Tidak ada riwayat regresi (kemunduran perkembangan)
Tidak kehilangan kemampuan yang sudah dikuasai sebelumnya (misalnya sebelumnya bisa menyebut “mama” tapi lalu berhenti sama sekali).
Apa yang Bukan Late Talker?
a) Jika anak menunjukkan hal-hal berikut, kemungkinan bukan sekadar late talker, melainkan ada kondisi lain.
b) Tidak merespons saat dipanggil (kemungkinan gangguan pendengaran atau autisme).
c) Tidak menunjukkan ketertarikan sosial.
d) Tidak memahami bahasa sederhana.
e) Terlambat juga dalam motorik kasar atau halus.
Penyebab Late Talker
Late talker bukanlah sebuah gangguan permanen, melainkan sering kali merupakan bagian dari variasi normal dalam perkembangan bicara. Namun, ada beberapa faktor yang berpotensi berkontribusi:
a. Faktor Keturunan
Jika salah satu orang tua atau saudara kandung pernah mengalami keterlambatan bicara, anak lebih mungkin menjadi late talker juga.
b. Stimulasi Bahasa Kurang
Anak yang kurang mendapatkan stimulasi verbal (jarang diajak bicara, dibacakan buku, atau diajak bernyanyi) lebih rentan mengalami keterlambatan bicara.
c. Lingkungan Multibahasa (Bilingual/Multilingual)
Anak yang tumbuh dalam lingkungan dua atau lebih bahasa bisa memerlukan waktu lebih lama untuk memulai bicara, meskipun ini bukan masalah.
d. Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih sering menjadi late talker dibandingkan anak perempuan.
e. Lahir Prematur atau Berat Lahir Rendah
Kondisi ini bisa memengaruhi perkembangan secara umum, termasuk bicara.
f. Terlalu Banyak Penggunaan Gadget
Anak yang terlalu sering terpapar layar tanpa interaksi sosial langsung dapat mengalami keterlambatan bicara karena kurangnya interaksi dua arah.
Meskipun banyak late talker akan mengejar ketertinggalan secara alami tanpa terapi intensif, pemantauan tetap penting. Sekitar 30–40% late talker dapat berkembang menjadi anak dengan gangguan bahasa (language disorder) jika tidak mendapatkan stimulasi yang cukup atau intervensi bila dibutuhkan.






