Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak yang mendapatkan Terapi Wicara dan yang Tidak
Perkembangan bahasa merupakan aspek penting dalam tumbuh kembang anak, meliputi kemampuan reseptif (memahami bahasa) dan ekspresif (menggunakan bahasa untuk berkomunikasi). Anak dengan keterlambatan bicara seringkali memerlukan intervensi terapi wicara untuk mendukung optimalisasi kemampuan komunikasi. Artikel ini membahas perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang mendapatkan terapi wicara dan yang tidak, berdasarkan studi literatur dari berbagai penelitian terdahulu. Hasil kajian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan terapi wicara cenderung mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan bahasa dibandingkan dengan anak yang tidak menerima intervensi.
Bahasa merupakan sarana utama anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan bahasa yang optimal berhubungan erat dengan keterampilan kognitif, sosial, dan emosional. Namun, tidak semua anak mencapai tahapan perkembangan bahasa sesuai usianya. Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh faktor biologis, lingkungan, maupun psikososial.
Terapi wicara hadir sebagai intervensi yang bertujuan untuk menstimulasi dan memperbaiki kemampuan komunikasi anak. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara anak yang mendapatkan terapi wicara dengan anak yang tidak mendapatkan intervensi tersebut?
Hasil dan Pembahasan
1. Perkembangan Bahasa pada Anak yang Mendapatkan Terapi Wicara
a. Bahasa Reseptif: Anak menunjukkan peningkatan kemampuan memahami instruksi sederhana hingga kompleks.
b. Bahasa Ekspresif: Anak lebih cepat menguasai kosakata baru, mampu menyusun kalimat sederhana hingga kompleks.
c. Pragmatik: Anak lebih terlatih menggunakan bahasa sesuai konteks, seperti bergantian berbicara, mengajukan pertanyaan, dan merespons lawan bicara.
d.Keterampilan Sosial: Komunikasi yang lebih baik meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan bersosialisasi.
2. Perkembangan Bahasa pada Anak yang Tidak Mendapatkan Terapi Wicara
- Bahasa Reseptif: Kemampuan memahami instruksi cenderung lambat, terutama pada kalimat yang lebih panjang atau abstrak.
- Bahasa Ekspresif: Kosakata terbatas, kesulitan menyusun kalimat lengkap, sering menggunakan gesture untuk mengganti kata-kata.
- Pragmatik: Kesulitan memulai atau mempertahankan percakapan, penggunaan bahasa kurang sesuai dengan situasi.
- Keterampilan Sosial: Frustrasi akibat hambatan komunikasi sering memicu perilaku tantrum, menarik diri, atau sulit bersosialisasi.
3. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan
a. Intensitas stimulasi: Anak dengan terapi wicara mendapatkan stimulasi terstruktur dan konsisten
b. Metode intervensi: Terapi wicara menggunakan pendekatan ilmiah, seperti speech stimulation, latihan oral motor, picture exchange communication system (PECS), dan permainan interaktif.
Peran orang tua: Dukungan home program memperkuat hasil terapi. Anak tanpa terapi biasanya hanya mengandalkan stimulasi lingkungan yang tidak selalu memadai.
Kesimpulan
Perbedaan yang signifikan terlihat antara anak yang mendapatkan terapi wicara dengan yang tidak. Anak yang menjalani terapi wicara menunjukkan peningkatan lebih pesat dalam bahasa reseptif, ekspresif, maupun pragmatik, serta lebih percaya diri dalam bersosialisasi. Sementara itu, anak yang tidak menjalani terapi berisiko mengalami hambatan komunikasi yang lebih lama dan dapat berdampak pada perkembangan sosial-emosionalnya.






